VII Koto----Kepala Dinas Sosial dan Perlindungan Anak Kabupaten Padangpariaman, Arman, menyatakan bahwa keluarga Asnimar (36), janda beranak enam, warga Korong Duku Banyak, Nagari Balah Aia, Kecamatan VII Koto Sei Sariak, akan diprioritaskan dalam bantuan pendidikan, pemberian beras miskin, kesehatan, serta bantuan dari Baznas Padangpariaman.
"Asnimar mengalami kesulitan ekonomi karena menghidupi enam orang anak dan tidak punya suami lagi. Oleh karena itu akan diprioritaskan," ujarnya saat mengunjungi keluarga Asnimar, Kamis (2/2/2017).
Pihaknya berterima kasih atas informasi keadaan keluarga Asnimar yang viral di media sosial, namun tidak semua dari informasi tersebut bisa dibenarkan setelah pihaknya melakukan kroscek langsung ke lapangan bersama Dinas Kesehatan dan perangkat kecamatan.
Ia menuturkan, pondok ukuran 1x2 meter beralas karton dan beratap plastik milik Asnimar, sebenarnya digunakan yang bersangkutan untuk menyimpan barang bekas yang ia kumpulkan untuk dijual, bukan dijadikan rumah hunian bersama keenam orang anaknya.
Asnimar beserta keluarga sendiri, imbuhnya, saat ini tinggal di rumah milik orangtuanya yang masih layak huni.
"Begitu mendapatkan informasi, langsung kita survey. Pernyataan itu langsung oleh Asnimar sendiri dan dibenarkan oleh pihak keluarga serta masyarakat sekitar," kata dia.
Sedangkan perihal gizi buruk yang dikabarkan diderita oleh anak Asnimar saat ini, dibantah oleh Kepala Dinas Kesehatan Padangpariaman Aspinuddin. Ia menyatakan, pada tahun 2014 salah seorang anak Asnimar memang mengalami gizi buruk-- dan itu sudah ditangani pihaknya. Saat itu juga salah seorang anak Asnimar langsung dirawat oleh petugasnya secara intensif.
"Gizi buruk itu kejadiannya sudah tiga tahun lalu. Saat ini sudah sehat dan terus kami monitor," kata dia.
Sementara itu Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, Jumat (3/2/2017), menegaskan, sejak tahun 2015 sudah tidak ada lagi ditemukan warga Padangpariaman yang menderita gizi buruk, tepatnya setelah Program Padangpariaman Sehat (PPS) diluncurkan olehnya. PPS yang dia rintis sejak dua tahun lalu itu sekarang menjadi pilot project nasional di bidang kesehatan.
Ia berharap agar masyarakat tidak menanggapi berita di media sosial yang belum terverivikasi secara menyeluruh kebenarannya.
Asninar sendiri merupakan orangtua tunggal yang menghidupi enam orang anaknya. Asnimar ditinggal mati oleh suaminya dua tahun yang lalu. Sebelum menjalani profesi sebagai pemulung, Asnimar merupakan ibu rumah tangga yang dinafkahi almarhum suaminya yang berprofesi sebagai tukang jahit.
Kepahitan hidup dijalani Asnimar dalam menghidupi anak-anaknya yang semuanya masih berusia di bawah umur. Dari semua anaknya, Asnimar hanya mampu menyekolahkan satu anak yang sekarang duduk di bangku sekolah dasar.
Dari hasil memulung, Asnimar mengaku hanya berpenghasilan sekitar Rp40 ribu sehari, itu pun sudah dibantu dengan usaha mencari kayu bakar. Atas keterbatasan hidup itulah dua orang anak tertuanya tidak ia sekolahkan.
Sejak subuh Asnimar sudah keluar rumah untuk memulung. Dua orang anaknya yang berusia 12 dan 13 tahun, masih usia sekolah, menyertainya. Kedua anaknya ikut membantunya memulung hingga mendorong becak. Siang harinya ia kembali pulang memberi makan anaknya yang lain.
"Ya, beginilah kehidupan sehari-hari kami saat ini. Waktu ayah anak-anak masih hidup, kami hidup layak," ujarnya kepada wartawan.
Ibu tegar dan pantang menyerah ini berharap ada bantuan dari pemerintah berupa rumah kecil bagi keluarganya.
TIM
0 komentar:
Posting Komentar